DEMOGRAFIS/KEPENDUDUKAN DESA
RINGINTUNGGAL
1 1. Berdasarkan Data hasil pemutahiran profil desa
bulan Juni 2018, jumlah penduduk adalah sebagaimana tersebut dalam tabel
berikut :
a.
Penduduk laki-laki
|
:
|
661
|
Jiwa
|
b.
Penduduk Perempuan
|
:
|
626
|
Jiwa
|
1287
|
Jiwa
|
||
a.
Kepala Rumah Tangga
|
:
|
416
|
KK
|
Kualitas kesejahteraan keluarga masyarakat Ringintunggal
pada tahun 2018
menunjukan angka sebagai berikut :
1.2. Secara Sosial dan ekonomi, penduduk Desa Ringintunggal dikelompokkan dalam basis mata pencaharian pada
sektor Pertanian, agama ,pendidikan, Sosial Budaya.
a. Aspek Mata
Pencaharian
Secara umum mata pencaharian warga masyarakat Desa
Ringintunggal dapat teridentifikasi ke dalam beberapa bidang mata pencaharian,
seperti: petani, buruh-tani, TKI, PNS/TNI/Polri, karyawan swasta, pedagang,
wirausaha, pensiunan, petemak. serta pemuda dan penduduk laki-laki produktif
bekerja sebagai tenaga di buruh/tukang bangunan proyek.
b. Aspek Keagamaan
Dalam pespektif agama, masyarakat di Desa Ringintunggal
termasuk dalam kategori masyarakat yang mendekati homogen. Hal ini dikarenakan
sebagian besar bahkan semuanya masyarakat Ringintunggal beragama Islam. Secara
kultural, pegangan agama ini didapat dari hubungan kekeluargaan ataupun
kekrabatan yang kental diantara mereka. Selain itu perkembangan agama
berkembang berdasarkan turunan dari orang tua ke anak dan ke cucu. Hal inilah
membuat agama Islam mendominasi agama di Desa Ringintunggal
Informasi yang diperoleh melalui wawancara mendalam dari
tokoh-tokoh tua, bahwa selama pola-pola hubungan antar masyarakat masih banyak
dipengaruhi oleh kultur organisasi Islam, seperti NU. Meskipun begitu, situasi
kondusif selama dapat tercipta dan terjaga walaupun ada sebagian
masyarakat di Desa Ringintunggal sebagai islam abangan.
c. Aspek Pendidikan
No
|
Jenis Kelompok
Pendidikan
|
Jumlah
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
1
|
TIDAK / BELUM SEKOLAH
|
164
|
75
|
89
|
2
|
BELUM TAMAT SD/SEDERAJAT
|
135
|
65
|
70
|
3
|
TAMAT SD / SEDERAJAT
|
432
|
210
|
222
|
4
|
SLTP/SEDERAJAT
|
164
|
71
|
93
|
5
|
SLTA / SEDERAJAT
|
362
|
225
|
137
|
6
|
DIPLOMA I / II
|
2
|
2
|
0
|
7
|
AKADEMI/ DIPLOMA III/S. MUDA
|
0
|
0
|
0
|
8
|
DIPLOMA IV/ STRATA I
|
28
|
13
|
15
|
9
|
STRATA II
|
0
|
0
|
0
|
10
|
STRATA III
|
0
|
0
|
0
|
|
|
|
|
|
|
TOTAL
|
1287
|
661
|
626
|
d. Aspek Sosial
Budaya
Prespektif Budaya Masyarakat di Desa Ringintunggal masih
sangat kental dengan budaya Jawa. Hal dapat dimengerti karena hampir semua desa
di Kabupaten Bojonegoro masih kuat terpengaruh dengan adanya pusat kebudayaan
jawa yang berkiblat pada mataram (Solo – Jogjakarta).
Dari latar belakang budaya, kita bisa melihat aspek budaya
dan sosial yang berpengaruh dalam kehidupan masyarakat. Didalam hubungannya dengan
agama yang dianut misalnya, Islam sebagai agama mayoritas dianut masyarakat,
dalam menjalankanya sangata kental dengan tradisi budaya jawa. Tradisi budaya
jawa sendiri berkembang dan banyak dipengaruhi ritual-ritual agama atau
kepercayaan masyarakat sebelum agam Islam masuk. Hal ini menjelaskan mengapa
peringatan-peringatan keagamaan yang ada di masyarakat, terutama Islam yang
dipeluk mayoritas masyarakat, dalam menjalankannya muncul kesan nuansa
tradisinya. Contoh yang bisa kita lihat adalah peringatan merti desa, Tahun
Baru Hijrah, sejak jaman Sultan Agung menciptakan kalender Islam/Jawa, tahun
baru hijrah dimaknai sebagai tahun baru Suro atau yang dikenal Suroan. Nama
diambil dari bulan Assyuro dalam kalender Hijrah/Islam. Dalam Cara memperingatinyapun
bercampur antara doa-doa agama islam dan laku-laku, tindakan-tindakan yang
biasa dijalankan dalam tradisi masyarakat jawa atau Kejawen. Contoh yang lain
adalah Nyadran-tradisi tahunan yang dilakukan menjelang bulan
puasa/Ramadhan untuk menengok dan membersihkan makam orang tua maupun kerabat
dan leluhur, kegiatan dikombinasikan dengan doa untuk yang sudah
meninggal; Mauludan- berasal dari kata Milad (bhs.
arab) artinya kelahiran Nabi Muhammad SAW. Secara individual didalam keluarga
masyarakat Ringintunggal, tradisi jawa lama dipadu dengan agama terutama Islam,
juga masih tetap dipegang. Tradisi ini dilakukan selain sebagai kepercayaan
yang masih diyakini sekaligus digunakan sebagai bagian cara untuk
bersosialisasi dan berintraksi di masyarakat. Misalkan, tradisi mengirim doa
untuk orang tua atau leluhur dilakukan dengan mengundang tetangga dan kenalan
yang disebut Slametan. Slametan biasanya dilakukan mulai dari satu
sampai tujuh hari keluarga yang ditinggal mati, yang disebut Tahlilan.
Selanjutnya hari keseratus dari tanggal
kematian yang disebut Slametan Nyatus,
berikutnya hari kesetahun, berikutnya hari ke tiga tahun yang disebut
Slametan Nyewu. Perhitungan tanggal kegiatan dilakukan dengan
menggunakan tanggalan jawa. Bersyukur kepada tuhan karena dikaruniai anak
pertama pada tradisi masyarakat Ringintunggal juga masih berjalan, disebut
Mithoni ketika usia kandungan ibu menginjak usia tujuh bulan. Namun yang paling
populer di wilayah Desa Ringintunggal, khususnya di masing-masing dusun adalah
adat tradisi merti desa (bersih desa/sedekah bumi) secara bersama-sama oleh
seluruh warga masyarakat. Kegiatan adalah salah satu kegiatan bersama yang
dilakukan untuk menghormati para leluhur yang merintis tumbuhnya Desa.