Wejangan Sunan Kalijaga terhadap Ki Ageng Selo
Sebagai orang yang pernah dekat dengan Sunan Kalijaga, meskipun pekerjaannya hanya bertani, Ki Ageng Sela juga seringkali memperoleh wejangan, nasehat, pun pesan dari Sunan Kalijogo yang acapkali dikaitkan dengan pekerjaannya. Segala perilaku hidup dianalogikan dan kemudian dikupas makna filosofinya, termasuk juga alat untuk bertani berujud cangkul.
Bahwa Pacul terdiri dari 3 bagian, yang pertama adalah plat besi dinamakan sebagai Pacul itu sendiri. Yang kedua adalah bawak, yang merupakan bagian melingkar pada pacul dan dimasukkan doran. Sedangkan yang ketiga adalah doran, yaitu gagang dari cangkul.
- PACUL
Dari kata “ngipatake barang kang muncul lan mendugul” kita bisa mengambil makna makna tentang membuang bagian yang tidak rata. Bahwa sifat memperbaiki ada pada kondisi ini. Sadar sebagai manusia yang tak rata adalah sadar sebagai manusia yang terdapat banyak dosa, oleh karenanya kita harus selalu berbuat baik yaitu dengan cara membuang hal-hal yang ‘mendugul’ berujud dosa tadi.
- BAWAK
Adalah obahing awak alias gerakan tubuh. Ini memiliki makna filosofi bahwa sudah semestinya sebagai orang hidup harus tetap bergerak supaya memperoleh kesehatan ragawi. Lain dari itu adalah satu keniscayaan badan ini tetap bergerak untuk bekerja agar segala kegiatan duniawi ini mampu tercukupi.
- DORAN
Bisa di definisikan sebagai “Donga Marang Pangeran” yaitu Berdoa terhadap Tuhan. Mengondisikan kita sebagai umat sudah sepantasnya meminta pertolongan kepada Tuhan, berdo’a adalah salah satu medianya.
Itulah wejangan sang Sunan terhadap Ki Ageng, bahwa dengan cangkul ternyata tetap ada yang bisa kita kuak, yaitu menggali lapisan yang ada di dalam lebih diperlukan dibanding sebatas pada lapisan luaran saja. Ialah tanah-tanah pengertian yang mewujud kedalam bentuk lapisan pemahaman dan penerimaan pada perilaku hidup manusia.
Ada juga Orang Jawa mengatakan pacul adalah ‘Papat Ojo Ucul’ . Kemuliaan seseorang tergantung 4 hal, yaitu bagaimana menggunakan mata, hidung, telinga dan mulutnya.
1. Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat/masyarakat.
2.Telinga digunakan untuk mendengar nasehat.
3.Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan.
4.Mulut digunakan untuk berkata adil. Jika empat hal itu lepas, maka lepaslah kehormatannya. ‘Gembelengan’ artinya besar kepala, sombong dan bermain-main dalam menggunakan kehormatannya.