Sudah hampir satu bulan ini kontraktor Engineering Procurement and Construction (EPC) 1 Lapangan Banyuurip, Blok Cepu, PT Tripatra, mengeluhkan pekerja baik semi skill dan unskill yang tidak menjalankan waktu kerja sesuai ketentuan perusahaan. Perilaku mereka itu dikhawatirkan akan menghambat jalannya proyek negara yang ditargetkan selesai pada 2014 mendatang.
"Kami kesulitan mendapatkan tenaga tambahan pada jam malam, karena rata-rata pekerja hanya mau masuk kerja hingga sore saja," jelas Community Affair and Manager PT Tripatra, Budi Karyawan, saat ditemui di kantornya, Sabtu (15/09/2012).
Dia katakan, untuk proyek EPC 1 jam kerja pegawai baik semi skill maupun unskill menyesuaikan kebutuhan proyek sehingga diberlakukan selama 24 jam kerja. Namun teknisnya dibagi jam kerja masing-masing yakni sift pagi, sore dan malam. Namun dari jumlah pekerja 125 orang tersebut, sekitar 20-30 orang saja yang mau mengikuti aturan itu.
"Kami sudah mengkonsultasikan hal itu kepada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sosial kemarin. Hal ini masih akan dikoordinasikan pada kepala desa masing-masing untuk mencari solusinya," tegas pria berkacamata minus itu.
"Kami kesulitan mendapatkan tenaga tambahan pada jam malam, karena rata-rata pekerja hanya mau masuk kerja hingga sore saja," jelas Community Affair and Manager PT Tripatra, Budi Karyawan, saat ditemui di kantornya, Sabtu (15/09/2012).
Dia katakan, untuk proyek EPC 1 jam kerja pegawai baik semi skill maupun unskill menyesuaikan kebutuhan proyek sehingga diberlakukan selama 24 jam kerja. Namun teknisnya dibagi jam kerja masing-masing yakni sift pagi, sore dan malam. Namun dari jumlah pekerja 125 orang tersebut, sekitar 20-30 orang saja yang mau mengikuti aturan itu.
"Kami sudah mengkonsultasikan hal itu kepada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sosial kemarin. Hal ini masih akan dikoordinasikan pada kepala desa masing-masing untuk mencari solusinya," tegas pria berkacamata minus itu.